Sebanyak 80 peserta workshop kepenulisan yang diselenggarakan oleh PGRI Kabupaten Kuningan diikuti oleh guru tingkat TK, SD, SMP, dan SLTA pada hari Selasa, 18 Februari 2020 di lantai 2 gedung PGRI. Workshop kepenulisan ini bertemakan "Menulis Gaya Hidup Guru Profesional. Keggiatan ini dihadiri oleh jajaran pengurus PGRI, guru pegiat literasi, dan Wakil Bupati Kuningan yang sangat mengapresiasi kegiatan kepenulisan.
******
KEPENULISAN memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga kepenulisan dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Penulis dan penerbit tentu ingin menjadi penulis dan penerbit yang profesional. Bahkan, guru dan dosen pasti ingin menjadi guru dan dosen yang profesional.
******
KEPENULISAN memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga kepenulisan dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Penulis dan penerbit tentu ingin menjadi penulis dan penerbit yang profesional. Bahkan, guru dan dosen pasti ingin menjadi guru dan dosen yang profesional.
Banyak di antara mereka
menggapai mimpi mendapatkan predikat profesional. Namun, tak sedikit pula yang
ketiban antonimnya. Menulis bagi mereka yang telah menjadi gaya hidup merasa
bahagia sedangkan yang gagap dalam menuangkan ide dalam bentuk tulisan hanya
larut dalam duka nestapa.
Semua orang tahu, merubah
seseorang menjadi literat tidak semudah membolak-balikan dua sisi mata uang
logam. Predikat profesional bukan mukjizak yang turun dari langit, bukan
doorprize dari acara kuis, bukan pula tuah mantra bim salabim adrakadabra hanya
dengan tarik napas dan pejamkan mata.
Guru yang berhasil dalam
menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk karya sastra dengan tajam telah
berhasil melewati jalan panjang berliku, mendaki, menuruni lembah curam, bahkan
menaklukan seribu rintangan. Mengarungi jalan panjang berliku dengan “kerikil
tajam dan deru campur debu”—meminjam judul kumpulan puisi Chairil Anwar--tentu
membutuhkan stamina prima dan energi terjaga.
Salah satu program yang bisa
dijadikan alternatif untuk merubah gaya hidup guru dalam menulis, PGRI Kabupaten
Kuningan telah mensiasati dengan kegiatan workshop kepenulisan yang
dilaksanakan di gedung PGRI pada hari Selasa, 18 Februari 2010. Pada saat
pembukaan kegiatan, peserta disuguhi pelbagai resep dan ramuan pembangkit
motivasi diri agar mampu menulis.
Muhammad Ridho Suganda, S.H.,
M.Si. selaku Wakil Bupati Kuningan sekaligus tokoh orang sukses yang peduli
pendidikan telah banyak menguakkan kekuatan dari sebuah mimpi (the power of a
dream). Kuningan Menuju Kabupaten Pendidikan merupakan keniscayaan yang mutlak. Ekspresi dalam sambutannya Muhammad Ridho
Suganda, S.H., M.Si. menggambarkan kekaguman bagi guru yang pernah mendidiknya
menjadi orang sukses.
Kata-kata pencerah jiwa, narasi
pelapang hati dan ungkapan motivasi yang terucap dari bibir jiwa muda menjadi
kisah-kisah inspiratif yang bertaburan di dalamnya tersaji dengan bahasa yang
enak didengar dan mudah dipahami. Kalimat-kalimat pembakar semangatnya dikemas
dalam bentuk lugas dan bernas.
Ungkapan dan sajian Muhammad Ridho Suganda, S.H.,
M.Si. selaku Wakil Bupati Kuningan itu
pantas diikuti menjadi panduan bagi guru dalam merubah gaya hidup guru
profesional menjadi pandai menulis. Menulis Gaya Hidup Guru Profesional.
Di era yang serba digitus seorang guru sebagai agen perubahan harus benar-benar bisa dirasakan oleh siswa, lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat di mana guru tersebut bertugas dan berdomisili. Sosok guru aktif dan kreatif menulis menjadi rujukan dan motivator dalam menggerakan literasi di Kabupaten Kuningan. Aktor perubahan sekaligus motivator perubah gaya hidup guru profesional seperti: Taryuni, S.Pd., M.M., Saiful Amri, M.Pd., Siti Nurjanah, S.Pd., M.Pd.I., serta Anda Juanda, M.Pd., mereka pegiat literasi yang menjadi contoh nyata bahwa kesempatan menulis itu masih banyak ruang dan waktu.
Dalam hal menulis karya su sastra yang berupa cerpen, puisi, maupun penciptaan reportase sudah menjadi budaya bagi mereka. Alhasil, bila sudah ada budaya literasi di guru akan menjadi rujukan bagi siswa. Siswa memiliki sosok idola guru yang menjadi panutan untuk di gugu dan ditiru. Mari belajar menulis!
Di era yang serba digitus seorang guru sebagai agen perubahan harus benar-benar bisa dirasakan oleh siswa, lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat di mana guru tersebut bertugas dan berdomisili. Sosok guru aktif dan kreatif menulis menjadi rujukan dan motivator dalam menggerakan literasi di Kabupaten Kuningan. Aktor perubahan sekaligus motivator perubah gaya hidup guru profesional seperti: Taryuni, S.Pd., M.M., Saiful Amri, M.Pd., Siti Nurjanah, S.Pd., M.Pd.I., serta Anda Juanda, M.Pd., mereka pegiat literasi yang menjadi contoh nyata bahwa kesempatan menulis itu masih banyak ruang dan waktu.
Dalam hal menulis karya su sastra yang berupa cerpen, puisi, maupun penciptaan reportase sudah menjadi budaya bagi mereka. Alhasil, bila sudah ada budaya literasi di guru akan menjadi rujukan bagi siswa. Siswa memiliki sosok idola guru yang menjadi panutan untuk di gugu dan ditiru. Mari belajar menulis!
Pak uus, mantaps.jadi termotivasi
BalasHapusWallahu A'lam
BalasHapusSalam literasi
BalasHapusMantul
BalasHapus